Minggu, 16 Februari 2025

Memulai di Pertengahan

Mengetik lah jariku di tengah kalut pikiran dan semrawut opini orang sekitar. Kala kepingan ombak perubahan yang makin hari tak karuan, kuputuskan untuk menuju hilir ikuti arus peradaban. Dimensi dan kontradiksi berputar menjadi sarapan tiap pagi. 

Diriku yang bukan tuan puteri harus terbangun dengan otot-otot yang mudah sekali keram. Tidak di pagi hari apalagi saat embun membulat sempurna. Namun ketika matahari naik 30 derajat, dan sarapan yang sengaja diletakkan di samping dipan. Kemana orang rumah? "Ah pasti sedang sibuk mendunia". Tidak perlu menata kasur ataupun menyapu teras, melainkan tertawa bersama konglomerat fana.

Tak ada kisah indah apalagi romantis. Yang tertakdir sebagai anak pertama hanya mengenal kerja keras serta muka lempeng beribu tuntutan. Berharap untuk berdansa dan bermanja, sayangnya tertampar keadaan yang memaksa tuk  jadi perawan sampai petang. Hari, minggu, bulan, dan sekarang 2025. Pundak loyo kaki membiru. Hatinya berdetak sedangkan jantungnya berdenyut. Tak satupun nurani menanyai kabar diri ini. Selalu harus di depan dan berdarah-darah. Dia menatap dirinya pada air, bayangan ia tentunya bergoyang. Tak kenal tenang.

Sambil menatap plafon yang menyoklat bekas hujan, tangan terangkat ingin meraup bintang yang hanya terlihat di sela belitan otak kanan. Terlelap. 

Senin, 20 Desember 2021

 Puisi beralur yang dibuat di sela-sela tugas :)


Seperti Harus Pulang

Hidup dan kesedihan di dalamnya

Kombinasi patah hati dan kecewa

Sajak berisi luka dan tak berdaya

Tik tik tik tik tik tik

Terlalu lama bila hanya untuk sebuah kata pisah

Terlalu dalam demi menjaga hati banyak orang

Terlalu mahal jika hanya untuk menjaga perasaan orang

Haruskah menjadi sisi demikian agar orang senang

Seperti diputar balik

Saya dan anda, dunia kita berbeda

Tidak lagi bisa kembali ke masa lalu

Untuk menjadi manusia biasa

Sekarang adalah masa yang tidak seharusnya bahkan tuk sekedar dibayangkan

Bagaikan api dan air

Keduanya meninggi dengan caranya masing-masing

Keduanya ada tidak untuk disatukan

Air memadamkan api

Api membakar kenangan lama

Tanpa perlu menimbang lagi baik atau buruk

Masa sekarang harusnya dihentikan

Agar tidak ada lagi api

Pun tidak ada lagi air

Berubahlah menjadi seperti angin dan udara

Keduanya sama

Keduanya berguna

Keduanya bebas ke mana-mana

Tidak kah api terlalu buruk untuk semesta?


Kehidupan setelah masa itu

Kemudian api padam untuk bernaung-naung

Saat ini di sekitarnya adalah bau angus hasil pertengkaran semalam

Tidak ada yang jauh lebih baik dari tidak ada apa-apa

Itulah yang diinginkan

Itu adalah masa yang selalu dinantikan

Waktu kala itu adalah hasil dari penantian yang telah lama dikejar

Bangun untuk menyaksikan pagi

Sibuk untuk mengisi siang

Duduk di kursi kayu menunggu malam

Kembali bangun menyapa burung liar

Sibuk lagi untuk menenggelamkan rasa sukar

Lalu bersepeda hingga malam di luar

Bangun untuk ke-tiga kalinya

Membersihkan diri di ruang mandi belakang tempat singgah

Namun..

Hari ke-tiga tidak semudah sebelumnya

Ada suaranya

Ada aromanya

Ada kenangannya

Untuk hal-hal yang tidak terduga

Masihkah api menyimpan daya bakar

Api kecil terusik

Kertas dan plastik mulai bergemericik

Udara di rumah seolah  bermagnetik

Namun kali ini berbeda

Di mana kau mampu jumpai api yang memadamkan dirinya sendiri?


Kehidupan baru

Bagi air, tinggal di tempat itu adalah hadiah kerja keras lama

Sungai di depannya adalah kehidupan barunya

Hidup baru bersama elemen lain

Air, bersama udara dan angin menciptakan hujan

Hujan yang dibuat dengan ketulusan menghadirkan pelangi

Semesta indah berwarna dibuatnya

Unggas dan hewan ternak bersorak merayakan

Rumput di ladang hijau tumbuh serentak bukti kemakmuran

Hujan yang diturunkan adalah yang tidak membuat bumi menggigil

Pelangi yang diciptakan tidak diperuntukkan untuk memudar

Tanpa petir 

Tanpa awan hitam

Tanpa membawa bencana

Hujan kala itu adalah simbol kehidupan baru

Bagi air yang baru menyadari kejernihannya

Hidup kala itu merupakan kebahagiaan yang tidak sementara

Bagi air yang telah menemukan tempat tanpa batas

Hidup di masa itu adalah keinginannya

Tanpa pertengkaran

Tanpa pembatasan

Tanpa kesakitan

Tanpa tangisan

Tanpa ....

Air tidak mengharapkan lagi hal lain

Senin, 06 Desember 2021

Puisi tanpa alur kepada kamu.


Sri Tertawa dengan Siapa?

Baginya mungkin bulan yang indah adalah pembohong

Menurutnya kehangatan sinar bulan adalah pekat yang menyilaukan

Tidak menutup tapi tidak terbuka

Sehelai kain yang ia bawa ke mana-mana

Adalah satu-satunya dari yang tersisa

Ada hatinya yang termangu

Namun nihil siapa yang ia tunggu hingga menjemu

Satu per-satu daun mawar yang ia petik jatuh

Tak kunjung jenuh duduk di gubuk

Membawa pulang ternak ayah

Dengan cekatan melewati jerami pinggir jalan

Ada bahagianya tertunda semena-mena

Pergi petang tuk temui kekosongan

Selalu mencerna sendiri lekuk lorong depan halaman

Lagi dan lagi ia berdiam diri

Tidak seperti hari Senin kemarin

Sri tertawa untuk pertama kali

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hakan dan Karim berkelahi

Setiap hari dua orang sejati mengunjungi kebun

Setiap pagi dua tubuh menggunduk tanah

Setiap siang dua pasang raga pulang kembali

Setiap sore dua-duanya pergi menjelajah

Malam yang tidak pernah cahaya bulannya menembus panca indera

Padahal sudah waktunya makan malam

Malam yang udaranya seharusnya mencekik paru-paru

Bukankah sudah waktunya bergelung dalam saung

Langit yang tanpa aba-aba memamerkan awan mendung

Juga Guntur yang datang meraung-raung

Satu yang tertinggal adalah suara jangkrik yang diam-diam ikut merenung

Seluruh penghuni hanya sepakat diam

Lain halnya dengan langit, Guntur, dan jangkrik yang tak bisa bungkam

Redup-redup api di dalam pondok paling pojok

Terngangaklah dua siluet yang sebelumnya tak pernah tersorot

Disusul suara-suara yang terdengar kalut

Pun bongkahan-bongkahan alat berkebun tercabut-cabut

Keluarlah dari sana

Gadis kecil tanpa busana

 

 

 

 

 

 

 

 

Zul Merajuk Lagi

Lama Zul memandang dirinya di pantulan air

Pulanglah Zul mendayung sampan

Musim gugur tahun itu adalah yang Zul tunggu-tunggu

Setelah membasuh tangan dan kaki di gentong depan rumah

Zul sengaja berdiri mengamati satu pohon di pelatarannya

Terlalu cepat bagi Zul tuk kembali rupanya

Zul ingin pergi

Rumahnya dilihatnya tak bergairah lagi

Yang Zul cari adalah masa-masa itu

Yang Zul tunggu harusnya ada dan berdiri menyambutnya

Yang Zul temui bukan dirinya yang dulu

“Apa tadi? Seonggok pohon musim gugur yang jelek”

Zul terisak dalam kepergiannya

10 tahun kehidupannya membawa seluruh jiwa nelangsanya

Zul hanya ingin dicintai dalam pelukan’nya seperti dulu

Zul hanya ingin dijaga dan dilindungi seperti dulu

Zul hanya ingin mendengar suara’nya seperti dulu

Zul tidak menyukai kepergiannya

Sebab ketika kembali

Zul tak bisa merajuk lagi

 

 

Minggu, 20 September 2020

Menyapa angkatan 2020



    Jadi, blog ini saya khususkan untuk teman-teman yang memiliki pandangan terhadap suatu hal atau hanya sebuah cerita yang ingin dibagikan, saya persilahkan masuk dan memperkenalkan diri.
    Ide ini muncul saat keadaan saya yang sedang membutuhkan inspirasi untuk menulis. Ingin memilih buat berhenti sementara, tapi tiba-tiba datanglah pemikiran ini. Harapan saya ini bisa membantu teman-teman untuk kita saling berkomunikasi meskipun dengan adanya jarak.
    Di sini saya akan membagi hasil wawancara saya. Wawancara? Lebih ke tanya jawab sih. Ah sama saja. Profil narasumber adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. Lima perempuan dan satu laki-laki yang malu untuk disebutkan namanya. Jadi saya buat nama samaran aja yaa.
Narasumber 1 yaitu Fitri, Alumni SMKN 1 S jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.
Narasumber 2 yaitu Putri, Alumni SMKN 1 S jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.
Narasumber 3 yaitu Dita, Alumni SMK Al jurusan Farmasi.
Narasumber 4 yaitu Affi, Alumni SMKN 1 S jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.
Narasumber 5 yaitu Afni, Alumni SMKN 1 S jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.
Narasumber 6 yaitu Tio, Alumni SMKN 1 S jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.
    
    Tema kali ini adalah kehidupan 6 remaja berusia 18 tahun alias para angkatan corona.
Hahaha, setuju nggak sih mereka disebut sebagai angkatan corona? Lulus jalur giveaway? Baca sampai akhir biar tahu pendapat dan perasaan mereka. Yuk!

 
” Ilmu apa aja yang kalian dapat sebagai alumni SMK Teknik Komputer dan Jaringan?”
    Fitri: Apa ya…yang paling aku inget adalah ilmu tentang kewirausahaan. Ya meski hanya 1 semester tapi manfaatnya ada sampai sekarang. Terus yang kedua, ilmu desain grafis. Itu bukan sekedar teori tapi praktek yang masih aku pelajari dan lama-lama jadi suka juga sama desain.
    Putri: Ya ilmu TKJ sih wkwk. Tapi kalau di sekolah ini banyak sih ilmu yang aku dapet terutama tentang organisasi.
    Tio: Banyak.

“Udah? Banyak gitu aja?”
    Tio: Eh ya engga lah. Ada ilmu tentang coding, desain grafis pasti. Terus belajar presentasi, membuat brand, setting Wi-Fi, sama tahu cara membuat program.
    Affi: Ilmu yang saya dapat dari TKJ yaitu teknik dasar dalam informatika, jaringan dan teknologi Komputer baik hardware maupun software.
    Afni: Sama lah kayak mereka, kan kita satu sekolah wkwk

“Kalau Dita, ilmu Farmasi apa aja nih yang kamu dapat?”
    Dita: Yang aku inget ya, ada ilmu tentang cara untuk meracik obat baik yang diambil dari binatang ataupun tumbuhan, racik obat tradisional juga, sama anotomi tubuh.

Pertanyaan Ke-dua
“Bagaimana sih perasaan kalian yang tahun ini nggak bisa wisuda? Sedih nggak?”

    Affi:  Ada senangnya ada kecewanya juga. Kebanyakan kecewa soalnya sudah angan-angan sejak kelas tiga kalau besok itu bakalan wisuda, foto bareng temen-temen, seneng-seneng bareng. Cuma ya keadaannya kayak sekarang ini ga mendukung mau gimana lagi. Yang penting udah lulus meskipun ngga ada foto wisuda.
    Dita: Kalau di sekolahku sih masih ada wisuda ya tentunya banyak juga protokol yang harus dipatuhi. Wisuda juga dilakukan Cuma 1 lingkup padahal biasanya satu yayasan, tapi tetap bersyukur.
    Putri: Kecewa banget, nggak bisa salam-salam sama guru, foto bareng juga nggak bisa.
    Fitri: Loroh atikuuu wkwk
    Tio: Sedih, kecewa, geregetan.
    Afni: Masih berharap sih, isilahnya kayak digantung gitu. Apakah akhir bulan nanti ada atau bener-bener nggak bisa wisuda.

Duh sedih ya, saya kayaknya salah nempatin pertanyaan ini di awal ya wkwk. Oke, lanjut ke pertanyaan ke-tiga aja.
“Penyebab kalian nggak bisa wisuda adalah virus covid-19 sekarang ini. Jadi, harapan kalian itu apasih untuk wabah ini? Maksudku bukan kita berharap sama virus ya, tapi ke depannya itu kira-kira kalian pengen virus ini cepat selesai atau bagaimana?”
    Afni: Pengen cepet selesai, biar operasional berjalan normal karena bandara jarang ada yang buka jadi semuanya serba susah.
    Tio: Cepet selesai, bisa wisudah, belajar offline, dan yang paling penting Sholat Jum’at tidak tanpa jarak.
    Fitri: Sama sih, cepet selesai karena kasihan buat orangtua yang kebingungan sama system belajar daring. Orangtua juga tidak bisa ngapa-ngapain karena harus stay mengurus anak sekolah.
    Putri: Cepet selesai, wisuda. Ayo dong semuanya patuhi peraturan dari pemerintah, stay at home, pakai masker yaa.
    Dita: Semoga cepet selesai, susah buat nyari pekerjaan. Apasih virus corona? Kenapa kita nggak bisa melawan? Kalau menurutku, kita patuh, jaga kesehatan, udah. Dan yang paling penting jangan stress, harus tetap bahagia. Imun kita nggak akan menurun kalau kita bahagia.
    Affi: Cepet selesai.

Amiinn. Pertanyaan senjutnya adalah mengenai kegiatan mereka saat ini. Sifat pertanyaannya lebih pribadi, termasuk lika-liku mereka setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan. Semoga ada pelajaran yang bisa diambil dan motivasi yang bisa didapat dari kisah mereka. Jadi, di sini saya akan menyajikan perjuangan mereka satu per satu. Let’s move!

Yang pertama adalah Tio. “Posisi kamu sekarang sebagai…?”

    Saya mahasiswa di Politeknik Negeri Malang Prodi D-IV Bahasa Inggris untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional.

“Kenapa milih kuliah?”

    Yang pasti ilmu akan lebih penting daripada uang yang akan saya dapat jika saya bekerja. Karena sebelum bekerja dan menghasilkan uang, tentunya saya berkorban waktu dan tenaga. Oleh karena itu saya yakin jika nanti saat saya lulus, mendapat pekerjaan, maka pekerjaan yang saya dapatkan adalah pekerjaan yang pantas dan sesuai dengan perjuangan saya. Selain itu saya butuh wawasan yang lebih luas dimana hal itu bisa saya dapatkan di lingkungan perkuliahan, saya butuh gelar yang suatu hari nanti akan membuat ibu juga keluarga saya bangga.

“Proses kamu sampai bisa diterima di kampus yang kamu inginkan terbilang susah atau mudah?”

    Susah-susah gampang sih. Yang pertama karena kampus pertama yang menjadi target saya bukan Polinema, melainkan Politeknik Elektronik Negeri Surabaya. Tetapi pada waktu pengumuman ternyata saya nggak lolos, rasanya kecewa pasti. Tapi Alhamdulillah masih ada kesempatan untuk saya kuliah. Waktu itu Polinema membuka jalur SBMPN, dan saya mendaftar dan diterima.

Pertanyaan terakhir nih “Bagaimana dengan sebutan angkatan jalur corona, giveaway, dll?”

Saya tidak terima kalau dibilang angkatan giveaway. Sekolah tiga tahun bukan giveaway.

Selanjutnya saya akan mengajak kalian untuk membaca perjuangan dari Putri.

“Posisi kamu sekarang sebagai apa? Apakah bekerja, kuliah, atau sedang memulai usaha?”

    Ini pertanyaan yang bakal panjang banget jawabannya wkwk. Sebelum aku ngejawab aku sekarang sebagai apa, ada cerita yang ingin aku bagi juga. Yang pertama, aku dan temen-temen kelas waktu itu pengen daftar di universitas. Nah tetapi karena dari sekolahku sendiri, ternyata memang nggak ngedaftarin untuk kita ikut SNMPTN. Ada lah alasan tertentu. Ya pasti aku ngerasa kalah sebelum berjuang. Tapi setelah itu aku sama beberapa temen mutusin buat ikut SNMPN di Polinema, dan waktu itu aku gagal. Rasanya kecewa banget karena aku udah yakin bakal keterima tapi ternyata masih belum rezekiku. 

    Tapi aku masih nyoba daftar di Politeknik yang sama jalur SBMPN dan untuk ketiga kalinya aku gagal. Rasanya kecewaa paling dalam. Kayak ngerasa kalau perjuanganku ini paling berat, paling susah. Aku lihat temen-temenku yang lulus sekali daftar rasanya mereka jalannya Cuma lurus nggak ada belokannya. Tapi aku nggak nyerah, akhirnya aku ikut UTBK SBMPTN daftar di Universitas Negeri Surabaya. Dan itu aku sambil kerja jaga kedai es waktu itu. Aku tes juga pakek uangku sendiri. Aku kerja biar nggak merepotkan orangtua, keluarga juga. Aku juga ada perasaan ragu pas daftar. Nggak sepercaya diri pas SNMPN. 

    Sambil nunggu pengumuman, aku terus berdo’a, dan pas hari sebelum pengumuman aku sholat thajjud, bener-bener minta petunjuk ke Allah. Kalau missal rezekiku adalah kerja semoga pekerjaannya halal, kalau missal kuliah semoga bisa keterima, dan kalaupun nggak diterima semoga bisa ikhlas. Dan hasilnya ternyata aku nggak diterima. Aku kembali gagal. Tapi, berbeda dengan sebelumnya kali ini aku merasa lebih tenang. Di sisi lain aku bersyukur karena aku juga mendapat panggilan bekerja di apotek. Tapi aku masih belum nyerah. Aku ikut pendaftaran jalur Mandiri, semua pakek uangku. Dan aku berharap bisa diterima, bisa lolos, kalaupun tidak aku berharap semoga diberi keikhlasan yang berkali lipat.

“Dilihat dari semangatmu, cara kamu bangkit dan lapang dada, apasih yang membuat kamu ingin kuliah?”

    Kuliah itu penuh rintangan, nggak bisa semua orang bisa kuliah. Aku punya orangtua yang harus aku buat bangga. Ilmu itu sangat penting dibanding apapun.

“Ada nggak pesan untuk teman-teman di luar sana?”

    Kalau kamu orang yang berada, orang mampu, kamu wajib kuliah. Aku yang kurang berada, aku sangat sangat ingin kuliah, lalu kenapa kamu yang dari segi ekonomi mampu kenapa tidak kuliah? Untuk yang kuliah, semangat.


Setelah Putri, ada Afni yang juga ingin berbagi tentang kisahnya.

“Posisi kamu sekarang adalah sekolah di pendidikan penerbangan, ada nggak sesuatu yang kamu korbankan untuk bisa sampai di titik sekarang ini?”

    Pertama bimbang mau jadi apa, pengennya jadi TNI AL tapi fisikku nggak memungkinkan, kayak menyerah sebelum berperang. Waktu itu pas pulang ekstra passus, ada sosialisasi sekolah 
pendidikan penerbangan dari Neo Aviation School dan iku biaya e murah, tertarik dong aku, trs aku tanya" ke BK minta kalau aku pengen sekolah Aviasi yang Nasioanl aja lebih murah ke Angkasa Avia soalnya disana uda ada lisensi nya dan bisa kerja cepat juga. selang waktu aku tanya" ibuk, jare e ibuk gpp sak karp e smn nak, nek kanggo anak pasti onok ae” (pengen nangiss denger ini, takut gabisa ngebales baiknyaa ibuk). Terus bulan mei aku daftar AA, ibuk sharing" percaya jugak sama lembaga kata e ada yang 1 bulan dah kerja, 1minggu juga di kereta apii. 
    Bulan Mei ngikuti kelas Online zoom karena pandemi jd di daring (yang lainnya masih sibuk binggung kemana, aku uda masuk kuliah) awal e aku takut, malu juga mau ngomong ke temen" pengenku temen"ku ben tau sendiri aku di mana soalnya takut ku kalau aku lulus dari sini aku belum kerja aku sungkan wkwkk. Nggak lama aku yakin pasti aku cepet kerja kalo aku serius. Pertengahan sekolah ibuk cerita ke aku kalo tetangga semua ngomong "buat apasih sekolah mahal, zaman sekarang banyak yang ngga perlu sekolah bisa kerja". Denger gitu aku nangis di koss, tertekan. Ibuk udah jarang keluar rumah juga nyatanyaa buanyakkk bangett biaya yang dikeluarin, ga tega liat ibuk apa aja dilakuin demi aku. 
    Kadang aku malu mau minta transfer uang SPP sama uang saku. Jadi aku gapernah minta berapa nominal uang sakuku, di kasih berapapun terima aja, jad disini iku belajar hemat, bukan ibu gamau ngasih tapi aku kasian banget, ngerasa jadi anak yang nyusahin. Berjalannya waktu, dan kuliah hampir selesai ini rasanya cepet banget, baru kemarin aku masuk dan sekarang udah mau selesai. Awalnya ambil staff di bandara trus di sekolah ini yang staff nggak dapet jaminan kerja, jadi aku pindah ke jurusan avsec yang dapet lisensi yang bisa dijamin kerja. Waktu itu aku cobak apply ikutan di lion (pramugari) tapi ngga kepanggil karena emang nggak punya basic wkkwk. Dan kemarin aja aku ikut rekrutmen avsec ga ketrima juga karena tinggi badan kurang, sakit banget, pengen nangis. Tapi dikasih semangat sama ibu"gapapa sekarang ribet, ini jalannya sukses" gitu, akhirnya aku nyoba ikhlas, tak jalani aja.

“Pesan untuk teman-teman yang sedang kuliah/bekerja”

    Untuk kalian yang kuliah: Semangatnya ditambah lagi, percaya dirinya dikuatin lagi, semangat ngerjain deadline, ada orang tua yang banting tulang demi bisa mendudukkan kalian di bangku universitas yang kalian inginkan. jangan semangat kuliah hanya diawal, tapi pertahankan ini hingga akhir dengan membawa gelar.

    Untuk yang kerja: Semangat yaa kalian yang dituntut kerja untuk mencukupi ekonomi, entah ekonomi keluarga atau ekonomi untuk kalian sendiri, jadi disini kalian tau susahnya nyari kerja, susahnya melamar pekerjaan, nunggu panggilan lamaran dan banyak lagi. Tetap semangat yaa, yang belum kerja semoga cepat bekerja di tempat yang diinginkan dan yang sudah bekerja jugaa semangattt, jangan lupain perjuangan orangtua, beri kabar orang tua sesibuk apapun pekerjaannya. dan satu lagi "jangan pernah menghina pekerjaan seseorang, karena belum tentu anda bisa melakukannya jika anda bukan ahlinya"

Bagaimana dengan kisah Dita, Fitri, dan Affi? Cerita mereka akan aku publish di blog selanjutnya yaa… sabar aja dulu. Terimakasih untuk temen-temen yang sudah percaya kepada saya.

    Harapan besar saya, semoga tulisan ini bermanfaat. Membawa semangat baru bagi kalian, ingat ya kalau kalian merasa putus asa, ada mereka yang dulunya juga merasakan hal yang sama tetapi mereka berhasil melawan rasa putus asa tersebut. Mereka berhasil bangkit, meskipun mereka tahu rintangan di hari selanjutnya akan jauh lebih berat tapi mereka berani. Semoga dari tulisan ini, temen-temen yang berniat untuk kuliah diberi kelancaran, begitu pula untuk temen-temen yang ingin bekerja.

    Dan kalau temen-temen ada yang ingin membagikan kisahnya sama seperti mereka, bisa kok menghubungi saya. Mungkin tidak banyak solusi yang bisa saya berikan, tetapi cerita positif yang kalian bagi akan sangati bermanfaat bagi orang lain.

Yuk menulis bersama Sayyida :)

Link gambar:

https://www.google.com/search?q=wisudah&safe=strict&sxsrf=ALeKk00V0kbX430FhrSIqJaK-qS25egWag:1600601652277&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjQtqTn0ffrAhVDjeYKHYB0BMEQ_AUoAXoECAwQAw&biw=1366&bih=657#imgrc=UhgvbUhPgWW1XM&imgdii=JMnYf_J096n4aM

Link blog tulisan saya yang lain:

1. https://sayyidamenulis.blogspot.com/2020/09/hai-indonesia-apa-kabar-kebanggaan-ibu_98.html

2. https://sayyidahmenulis.blogspot.com/2020/09/mengatasi-rasa-lelah-saat-belajar-kita.html



Memulai di Pertengahan

Mengetik lah jariku di tengah kalut pikiran dan semrawut opini orang sekitar. Kala kepingan ombak perubahan yang makin hari tak karuan, kupu...