Senin, 20 Desember 2021

 Puisi beralur yang dibuat di sela-sela tugas :)


Seperti Harus Pulang

Hidup dan kesedihan di dalamnya

Kombinasi patah hati dan kecewa

Sajak berisi luka dan tak berdaya

Tik tik tik tik tik tik

Terlalu lama bila hanya untuk sebuah kata pisah

Terlalu dalam demi menjaga hati banyak orang

Terlalu mahal jika hanya untuk menjaga perasaan orang

Haruskah menjadi sisi demikian agar orang senang

Seperti diputar balik

Saya dan anda, dunia kita berbeda

Tidak lagi bisa kembali ke masa lalu

Untuk menjadi manusia biasa

Sekarang adalah masa yang tidak seharusnya bahkan tuk sekedar dibayangkan

Bagaikan api dan air

Keduanya meninggi dengan caranya masing-masing

Keduanya ada tidak untuk disatukan

Air memadamkan api

Api membakar kenangan lama

Tanpa perlu menimbang lagi baik atau buruk

Masa sekarang harusnya dihentikan

Agar tidak ada lagi api

Pun tidak ada lagi air

Berubahlah menjadi seperti angin dan udara

Keduanya sama

Keduanya berguna

Keduanya bebas ke mana-mana

Tidak kah api terlalu buruk untuk semesta?


Kehidupan setelah masa itu

Kemudian api padam untuk bernaung-naung

Saat ini di sekitarnya adalah bau angus hasil pertengkaran semalam

Tidak ada yang jauh lebih baik dari tidak ada apa-apa

Itulah yang diinginkan

Itu adalah masa yang selalu dinantikan

Waktu kala itu adalah hasil dari penantian yang telah lama dikejar

Bangun untuk menyaksikan pagi

Sibuk untuk mengisi siang

Duduk di kursi kayu menunggu malam

Kembali bangun menyapa burung liar

Sibuk lagi untuk menenggelamkan rasa sukar

Lalu bersepeda hingga malam di luar

Bangun untuk ke-tiga kalinya

Membersihkan diri di ruang mandi belakang tempat singgah

Namun..

Hari ke-tiga tidak semudah sebelumnya

Ada suaranya

Ada aromanya

Ada kenangannya

Untuk hal-hal yang tidak terduga

Masihkah api menyimpan daya bakar

Api kecil terusik

Kertas dan plastik mulai bergemericik

Udara di rumah seolah  bermagnetik

Namun kali ini berbeda

Di mana kau mampu jumpai api yang memadamkan dirinya sendiri?


Kehidupan baru

Bagi air, tinggal di tempat itu adalah hadiah kerja keras lama

Sungai di depannya adalah kehidupan barunya

Hidup baru bersama elemen lain

Air, bersama udara dan angin menciptakan hujan

Hujan yang dibuat dengan ketulusan menghadirkan pelangi

Semesta indah berwarna dibuatnya

Unggas dan hewan ternak bersorak merayakan

Rumput di ladang hijau tumbuh serentak bukti kemakmuran

Hujan yang diturunkan adalah yang tidak membuat bumi menggigil

Pelangi yang diciptakan tidak diperuntukkan untuk memudar

Tanpa petir 

Tanpa awan hitam

Tanpa membawa bencana

Hujan kala itu adalah simbol kehidupan baru

Bagi air yang baru menyadari kejernihannya

Hidup kala itu merupakan kebahagiaan yang tidak sementara

Bagi air yang telah menemukan tempat tanpa batas

Hidup di masa itu adalah keinginannya

Tanpa pertengkaran

Tanpa pembatasan

Tanpa kesakitan

Tanpa tangisan

Tanpa ....

Air tidak mengharapkan lagi hal lain

Senin, 06 Desember 2021

Puisi tanpa alur kepada kamu.


Sri Tertawa dengan Siapa?

Baginya mungkin bulan yang indah adalah pembohong

Menurutnya kehangatan sinar bulan adalah pekat yang menyilaukan

Tidak menutup tapi tidak terbuka

Sehelai kain yang ia bawa ke mana-mana

Adalah satu-satunya dari yang tersisa

Ada hatinya yang termangu

Namun nihil siapa yang ia tunggu hingga menjemu

Satu per-satu daun mawar yang ia petik jatuh

Tak kunjung jenuh duduk di gubuk

Membawa pulang ternak ayah

Dengan cekatan melewati jerami pinggir jalan

Ada bahagianya tertunda semena-mena

Pergi petang tuk temui kekosongan

Selalu mencerna sendiri lekuk lorong depan halaman

Lagi dan lagi ia berdiam diri

Tidak seperti hari Senin kemarin

Sri tertawa untuk pertama kali

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hakan dan Karim berkelahi

Setiap hari dua orang sejati mengunjungi kebun

Setiap pagi dua tubuh menggunduk tanah

Setiap siang dua pasang raga pulang kembali

Setiap sore dua-duanya pergi menjelajah

Malam yang tidak pernah cahaya bulannya menembus panca indera

Padahal sudah waktunya makan malam

Malam yang udaranya seharusnya mencekik paru-paru

Bukankah sudah waktunya bergelung dalam saung

Langit yang tanpa aba-aba memamerkan awan mendung

Juga Guntur yang datang meraung-raung

Satu yang tertinggal adalah suara jangkrik yang diam-diam ikut merenung

Seluruh penghuni hanya sepakat diam

Lain halnya dengan langit, Guntur, dan jangkrik yang tak bisa bungkam

Redup-redup api di dalam pondok paling pojok

Terngangaklah dua siluet yang sebelumnya tak pernah tersorot

Disusul suara-suara yang terdengar kalut

Pun bongkahan-bongkahan alat berkebun tercabut-cabut

Keluarlah dari sana

Gadis kecil tanpa busana

 

 

 

 

 

 

 

 

Zul Merajuk Lagi

Lama Zul memandang dirinya di pantulan air

Pulanglah Zul mendayung sampan

Musim gugur tahun itu adalah yang Zul tunggu-tunggu

Setelah membasuh tangan dan kaki di gentong depan rumah

Zul sengaja berdiri mengamati satu pohon di pelatarannya

Terlalu cepat bagi Zul tuk kembali rupanya

Zul ingin pergi

Rumahnya dilihatnya tak bergairah lagi

Yang Zul cari adalah masa-masa itu

Yang Zul tunggu harusnya ada dan berdiri menyambutnya

Yang Zul temui bukan dirinya yang dulu

“Apa tadi? Seonggok pohon musim gugur yang jelek”

Zul terisak dalam kepergiannya

10 tahun kehidupannya membawa seluruh jiwa nelangsanya

Zul hanya ingin dicintai dalam pelukan’nya seperti dulu

Zul hanya ingin dijaga dan dilindungi seperti dulu

Zul hanya ingin mendengar suara’nya seperti dulu

Zul tidak menyukai kepergiannya

Sebab ketika kembali

Zul tak bisa merajuk lagi

 

 

Memulai di Pertengahan

Mengetik lah jariku di tengah kalut pikiran dan semrawut opini orang sekitar. Kala kepingan ombak perubahan yang makin hari tak karuan, kupu...